Tags
beda psikolog dan psikiater, gangguan jiwa, kegiatan psikiater, konseling, konsultasi psikologi, masalah kejiwaan, psikolog, psikolog pontianak, psikoterapi, terapi psikologi
Kerap kali saya dipanggil “dokter” oleh klien/pasien saya di Rumah Sakit. Bahkan, ketika saya bertemu dengan orang baru, saya sering kali ditanya tentang apa beda psikolog dan psikiater. Dari pertanyaan-pertanyaan yang serupa, saya mengetahui bahwa banyak orang belum mengetahui perbedaan psikolog klinis dan psikiater.
Beda psikolog dan psikiater dari segi latar belakang pendidikan:
– Psikolog: mengikuti pendidikan strata 1 jurusan psikologi. Lulus S1 mendapat gelar Sarjana Psikologi (S.Psi). Kemudian melanjutkan ke jenjang keprofesian psikologi, setelah lulus mereka akan mendapat gelar keprofesian “Psikolog”. Sekarang ini, program keprofesian psikolog sudah setara S2. Jadi, dengan mengikuti perkuliahan di Magister Profesi Psikologi, para lulusan akan mendapat gelar M.Psi sekaligus gelar profesi “Psikolog”. Pada jenjang ini sudah ada spesialisasi, yaitu bidang psikologi klinis, psikologi pendidikan, dan psikologi industri-organisasi. Para psikolog yang bekerja di seting kesehatan atau Rumah Sakit kemudian mendapat sertifikasi sebagai psikolog klinis dikenal dengan sebutan “psikolog klinis”. Mahasiswa Magister Profesi Psikologi bidang klinis melakukan praktik kerja di Puskesmas dan Rumah Sakit Jiwa/Umum.
– Psikiater: mengikuti pendidikan strata 1 jurusan kedokteran. Lulus S1 mendapat gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Kemudian melanjutkan ke jenjang keprofesian yang dikenal dengan istilah “Koas”, setelah lulus mereka akan mendapat gelar keprofesian “Dokter”. Setelah mendapat gelar dokter, melanjutkan ke pendidikan spesialis kejiwaan sehingga setelah lulus akan mendapat gelar “dokter spesialis kejiwaan” atau yang disingkat “Sp.KJ”.
Apakah psikolog (atau lulusan dari psikologi) beralih menjadi psikiater? Dan sebaliknya, seorang psikiater (dokter) menjadi psikolog?
Bisa, dengan syarat harus mengulang lagi dari pendidikan S1. Apabila sudah menjadi dokter, kemudian langsung mengambil profesi psikologi, itu tidak bisa. Begitu pula seorang psikolog tidak bisa mengambil kuliah spesialis dokter jiwa. Psikolog dan psikiater adalah profesi dari dua ilmu yang berbeda. Jadi, untuk menjadi psikolog dan psikiater, kamu harus mengikuti jalur pendidikan yang sudah ditetapkan.
Nah, psikolog klinis dan psikiater yang bekerja di seting yang sama, yaitu Rumah Sakit, tentunya membuat banyak orang bingung dan salah kaprah. Kadang-kadang psikolog klinis pun disebut psikiater dan dipanggil “dokter”. Tetapi, dengan memperhatikan perbedaan latar belakang tersebut, tentu teman-teman sedikit lebih mengerti perbedaan dasarnya. Ilmu kedokteran mempelajari FISIK, sedangkan ilmu psikologi yang mempelajari PSIKIS manusia. Dua hal ini berbeda, tapi saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Kondisi fisik tidak lah dapat dipisahkan dari kondisi psikis kita, begitu pula sebaliknya. Sebagai contoh, disaat kita merasa takut akan menghadapi ujian, kita jadi keringat dingin, tangan bergetar, nafas jadi ngos-ngosan, dan bahkan ada yang jadi ‘beser’ alias buang air kecil melulu. Oleh karena itu, ilmu kedokteran dan psikologi itu berkaitan satu sama lain. Mahasiswa kedokteran juga ada membelajari beberapa hal terkait kejiwaan, dan mahasiswa psikologi pun ada mempelajari biologi, kondisi otak, dan hormonal manusia.
Setelah mengetahui perbedaan dasar dari latar belakang pendidikannya, selanjutnya teman-teman perlu tahu perbedaan mendasar tindakan yang dilakukan oleh kedua profesi tersebut.
Beda psikolog klinis dan psikiater dari segi intervensi dan terapi:
– Psikolog (khususnya psikolog klinis): melakukan terapi psikologi, konseling, tes psikologi
– Psikiater: memiliki hak untuk menulis resep obat, dan memiliki hak untuk menterapi pasien dengan obat-obatan khusus kejiwaan.
Contoh permasalahan yang dapat dikonsultasikan ke psikolog:
– Perkembangan anak terlambat; belum bisa bicara, tidak memahami pembicaraan orang lain, tidak ada interaksi sosial
– Ada konflik dengan teman kerja, anggota keluarga, pasangan
– Ada perasaan negatif di dalam diri (misalnya perasaan sedih, bingung, marah, kesal)
– Ingin mengetahui potensi diri atau ingin melakukan tes psikologi untuk mengetahui bakat minat agar bisa memilih jurusan yang sesuai dengan kemampuan diri
– Ingin mengetahui tingkat inteligensi anak agar dapat mengarahkan anak pada pendidikan yang tepat
Contoh permasalahan yang dapat dikonsultasikan ke psikiater:
– Ada saudara yang mengamuk, tertawa sendiri, bicara sendiri, tidak mau bersosialisasi, mengurung diri, mengatakan ingin bunuh diri, anak mengalami dan didiagnosa hiperaktif, anak mengalami dan didiagnosa autisma
Menurut beberapa literatur, psikiater pun dapat menerima pasien seperti yang ditangani oleh psikolog klinis. Psikiater juga bisa menangani konseling perihal keluarga atau persoalan pribadi. Dalam praktiknya, silakan teman-teman cari informasi apakah psikiater yang ada di wilayah teman-teman juga menangani hal tersebut.
Psikiater dan psikolog klinis itu serupa tapi tak sama. Mengapa?
Yang membuat kedua profesi ini tampak serupa ialah seting pekerjaan yang sama di Rumah Sakit. Di Indonesia, dua profesi ini pasti ada di Rumah Sakit Khusus Kejiwaan atau Rehabilitasi Napza. Namun, sekarang beberapa Rumah Sakit Umum juga sudah memiliki psikolog klinis. Seperti yang diketahui sebelumnya, dua profesi ini mempelajari hal yang berbeda. Namun, pada pendidikan lanjutan mereka mempelajari satu sama lain. Misalnya: Psikiater juga mempelajari teori kepribadian dan teknik konseling seperti yang yang sudah dipelajari oleh psikolog klinis pada pendidikan S1. Kemampuan konseling dan analisa dokter spesialis kejiwaan ini akan semakin baik jika mereka berlatih dan mempelajari ilmu psikologi lebih dalam lagi. Kemudian, psikolog klinis pun dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik pula dalam hal Faal, anatomi, sistem hormon yang sangat mempengaruhi kondisi psikologis/kejiwaan manusia.
Masalah apa yang kita bawa untuk ke psikolog, dan masalah apa ke psikiater?
Jika teman-teman masih bingung, silakan datang saja ke salah satu profesi psikolog atau psikiatre di rumah sakit. Psikolog klinis atau psikiater akan melakukan penilaian tentang masalah teman-teman tersebut, kemudian merujuk teman-teman ke profesional lainnya. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa teman-teman harus ditangani dengan obat terlebih dahulu, maka tentu nantinya akan diprioritaskan ke psikiater. Jika membutuhkan konseling atau konsultasi atau tes psikologi, maka teman-teman akan diarahkan ke psikolog. Satu hal yang sangat membedakan psikolog dan psikiater ialah dokter (tergantung kondisi) akan memberikan obat, sedangkan psikolog “pasti” tidak akan pernah memberikan obat. Jika masih bingung juga, jangan ragu untuk mengatakan bahwa teman-teman masih bingung harus membawa keluhan atau masalah teman-teman ke siapa, psikolog atau psikiater.
Kapan kita dapat berkonsultasi ke psikolog atau psikiater? Apakah hanya masalah berat dan sudah parah?
Tentu tidak perlu menunggu gangguan/masalah yang dialami itu semakin berat. Sama halnya dengan sakit fisik/sakit badan, teman-teman dapat berkonsultasi kapan saja. Satu hal yang perlu diingat ialah ketika teman berkonsultasi ke psikolog, teman-teman tidak perlu khawatir dengan kerahasiaan karena permasalahan yang dialami teman-teman pasti akan dijaga. Psikolog klinis dan psikiater memiliki kode etik untuk hal ini.
Nah, sekarang teman-teman sudah tahu beda psikolog klinis dan psikiater, kan? Jadi, kalian sudah bisa menentukan akan berkonsultasi kemana; psikolog atau psikiater.
Salam ceria…
Pingback: Kekerasan Dalam Pacaran « Maria Nofaola
Pingback: Nyontek Atau Enggak, ya? Pikir-Pikir Lagi, deh… | Maria Nofaola
Terimakasih atas infonya mba..
Berarti dokter jiwa itu = psikiater, gitu? Trus mba, saya kan dari ipa, kalau mau masuk fakultas psikologi, apa saja yg harus dipersiapkan?
Tapi akhir2 ini saya ragu milih psikologi atau psikiater, apa kekurangan dan kelebihannya ya?
Kalau psikiater, apa harus ambil S2 dulu? Kalau psikologi itu hanya S1 saja apa bisa langsung kerja? Maaf pertanyaannya kebanyakan ya, terimakasih sebelumnya..
LikeLike
Halo, flychicken97…
Iya, benar. Dokter spesialis kejiwaan (Sp.KJ) disebut psikiater.
Untuk masuk jurusan psikologi, coba kamu tanya di universitas tersebut, tes seperti apa yang mereka lakukan pada calon mahasiswa. Nah, itulah yang harus kamu pelajari. Setiap kampus biasanya punya syarat berbeda. Ada yang proses seleksi menggunakan tes pelajaran, namun ada pula kampus yang menggukan tes psikologi (psikotest).
Dua profesi itu berbeda. Dokter tentu lebih memahami proses fisik yang terjadi pada manusia, sedangkan psikolog lebih memahami proses psikisnya. DOkter dapat membuat resep obat utk pasiennya, sedangkan psikolog tidak. COba baca kembali perlahan artikel di atas. kamu bisa menemukan kelebihan dan kekurangannya.
Kalau psikiater jalurnya seperti yang saya tuliskan, ambil kuliah spesialis. Kalau utk jadi psikolog, ya, kamu harus ambil S2 profesi dulu baru disebut “PSIKOLOG”. Kalau hanya S1 disebut sarjana psikologi. Banyak juga yg bekerja. Tapi, mereka tidak punya hak seperti psikolog. Bisa atau tidak bisa bekerja, itu tergantung individu masing-masing, bagaimana kualitasmu dalam belajar dan bekerja. Sama halnya dengan lulusan S1 lainya, misalnya dari hukum, ekonomi, sosiologi, dsb.
Demikian… semoga dapat dipahami.
LikeLike
Berarti psikiater itu juga berhubungan sama tubuh si pasien?
Saat ptn kalau ambi jurusan psikolog, ambil ipa dan ips?
LikeLike
Apakah kamu bisa membayangkan pekerjaan seorang dokter? Contohnya: 1) Jika ada orang yang sulit tidur pada malam hari selama berberapa bulan, psikiater akan memberikan obat agar orang tersebut dapat tidur dengan baik.
2) Jika ada orang yang perasaannya sedih melulu, jadi tidak bersemangat, tidak mau bersosialisasi, mengurung diri di kamar selama rentang waktu tertentu, psikiater akan memberi terapi obat tertentu agar ia lebih bersemangat dan ceria.
Psikolog juga dapat menangani masalah tersebut, namun dengan cara berbeda, tidak dengan obat-obatan. Psikolog akan mencari penyebab dari gangguan tidur tersebut. Apabila ditemukan gangguan tersebut karena pikiran/masalah yang berkepanjangan, psikolog akan melakukan terapi psikologi. Tujuannya ialah agar orang tsb dapat mengelola perasaannya, mampu menenangkan pikirannya, sehingga dapat tidur dengan baik.
Mengenai PTN, mohon maaf saya kurang tahu informasi terkini. Coba kamu hubungi kampus yang kamu targetkan. Waktu zaman saya dulu, masih menggunakan istilah UMPTN. Jadi, di UGM mereka menerima dari kelas IPS. Sedangkan, kampus UNPAD dan UNDIP menerima dari kelas IPA. Kalau di Universitas swasta biasanya tidak berdasarkan kelas IPA atau IPS. Mereka menggunakan standar tes psikologi sebagai alat seleksi.
Sekali lagi saya sarankan coba kamu aktif untuk mencari informasi dengan menghubungi kampus2 terkait, ya. Alasannya, kondisi tersebut bisa saja berubah.
Tetap semangat, ya!
LikeLike
Mbak, boleh minta kontaknya? email atau semacamnya? Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan, trims 😀
LikeLike
Dear Petronela Putri,
SIlakan tuliskan pertanyaan di bagian “Ingin bertanya”. Pada bagian atas itu ada tulisan “Ingin bertanya”, nah, kamu klik saja untuk membuka halamannya. Disitu aman, kok..pertanyaan kamu akan masuk ke email pribadi saya. Terima kasih atensinya.. 🙂
LikeLike
Wah, oke Mbak 🙂 terima kasih.
LikeLike
Mbk.. Kalau boleh. Saya ingin berkonsultasi dengan kejiwaan saya tp lbh private. Dimana ya saya harus meng-Contact mbk
LikeLike
Hai Mahlaura..
Silakan kirim email. Klik saja bagian “Ingin Bertanya?” di bagian atas halaman ini. Nanti emailnya akan langsung masuk ke saya. Terima kasih.
LikeLike
mba email nya apa? saya ingin konsul. klik yg mana ya?
LikeLike
Hai Kinanti…
Silakan tulis di bagian konsultasi, ya. Terima kasih
LikeLike
saya mengambil jurusan psikoterapi S1 , apakah itu termasuk psikologi? mohon dijawab ya mbak 🙂
LikeLike
Yudha, saya belum pernah mendengar ada jurusan psikoterapi. Itu di Universitas mana, ya?
LikeLike
jurusan psikoterapi saya di UIN bandung ,mbak 🙂
LikeLike
Jurusan yang di maksud saudara Yudha itu Tasawuf Psikotherapy. Jurusan itu ada di IAIN Tulungagung Jawa Timur, UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan UIN Sunan Ampel Semarang. Menurut saya jurusan ini belum mempunyai kejelasan karena hampir semua Mata kuliah yang di ajarkan adalah Mata Kuliah Psikologi dan mereka juga mempelajari Obat-obatan layaknya dokter. Saya lebih setuju kalau jurusan Tasawuf Psikotherapy ini memfokuskan diri di Bidang Therapy guna untuk membantu para klien, kalau masih menerapkan seperti sekarang agak rancu dengan Psikologi.
LikeLike
Saya baru dengar ada jurusan ini. Baiklah, nanti akan kamu coba cek kurikulum dan isi materi perkualiahannya supaya menjadi lebih baik. Terima kasih informasi dan penjelasannya, Mas.
LikeLike
Mbak mau nanya, kalo misalnya sekarang aku ambil jurusan psikologi s1 nya. Tapi ntar s2 aku ambil kedokteran gitu gak bisa kah? Makasih
LikeLike
Halo, Dita. Terima kasih atensinya.
Tidak bisa, Dita… Tapi kalau kamu kuliah S1 Psikologi, lalu mengulang S1 kedokteran itu bisa.
LikeLike
Jurusan yang di maksud saudara Yudha itu Tasawuf Psikotherapy. Jurusan itu ada di IAIN Tulungagung Jawa Timur, UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan UIN Sunan Ampel Semarang. Menurut saya jurusan ini belum mempunyai kejelasan karena hampir semua Mata kuliah yang di ajarkan adalah Mata Kuliah Psikologi dan mereka juga mempelajari Obat-obatan layaknya dokter. Saya lebih setuju kalau jurusan Tasawuf Psikotherapy ini memfokuskan diri di Bidang Therapy guna untuk membantu para klien, kalau masih menerapkan seperti sekarang agak rancu dengan Psikologi.
LikeLike
Terima kasih informasinya, Mas.
LikeLike
Mbak kalau mau jadi dosen gitu ambil nya bebas? yang penting S2? maksudnya misalnya aku ambil S2 Psikologi Klinis atau S2 Psikologi Industri gitu bisa jadi dosen?
LikeLike
Saya tidak bisa menjawabnya. Sekarang dosen pun sudah dilihat kemampuan dan spesialisasinya. Tidak karena sudah S2 lalu bisa jadi dosen. Banyak hal yang akan dilihat untuk kemampuan menjadi dosen.
Kalau S1 kamu psikologi dan S2 juga psikologi, ada kemungkinan bisa jadi dosen. Jadi dosen apa, itu tergantung kapasitas kamu, industri atau klinis. Kalau kamu spesialisasi bidang klinis, biasanya akan menjadi dosen di bidang klinis. Demikian, dek.. 🙂
LikeLike
Mbak, mbak psikolog yaa?? Dulu SMA nya dari jurusan apa mbak?. Aku udah SMA kelas 3 tp rencana mau masuk jurusan psikologi. Terus kalau jadi psikolog bisa nggak kerja di rumah sakit? Maaf mbak banyak tanya nih hehe. Makasih sebelumnya mbak 🙂
LikeLike
Halo, Diana.
Ya, saya psikolog. Saya dulu dari IPS karena jaman saya fakultas Psikologi UGM itu menerima siswa dari IPS. Berbeda dengan Unpad saat itu menerima murid jurusan IPA.
Psikolog yg bekerja di Rumah Sakit seperti saya mengambil spesialisasi Psikologi Klinis. Kamu harus mau belajar matematika, biologi, mempelajari syaraf, hormonal, dan tubuh manusia.
Kalau kamu sudah kelas 3, coba tanya info ke kampus yg ada jurusan psikologi. Mereka menerima jurusan IPA atau IPS. Maaf, saya tidak tahu kebijakan kampus sekarang seperti apa. Jadi, ada baiknya kamu yg aktif mencari tahu supaya tidak salah melangkah karena pendidikan jadi psikolog ini panjang.
Begitu, Dek.. 🙂
LikeLike
Mbak mau tanya , Maksud dari pendidikan psikologi panjang itu gimana mbak ? Apa pendidikannya mirip dgn pendidikan dokter ?
Terimakasih 😊
LikeLike
Maksudnya, untuk menjadi Psikolog dan memiliki hak untuk buka praktik kamu harus menyelesaikan S1 dan S2 (kuliah profesi). Kalau hanya S1 namanya Sarjana Psikologi.
Seperti dokter, seseorang yang lulus S1, nanti dia harus kuliah profesi juga supaya bisa jadi dokter. Kalau hanya lulus S1 saja namanya sarjana kedokteran, dia tidak bisa disebut dokter. Demikian jawaban singkatnya. Terima kasih.
LikeLike
Peemisi mbak saya mau tanya, saya kebetulan tertarik masuk ke psikologi dan nanti s2 paikolohi klinis. kira kira garia besar ya g akan dipelajari itu apa? dan rumah sakit yang menampung psikolog kira kira dimana ya? terimakasih sebelumnya mbak
LikeLike
Halo, Aiko…
Terima kasih atensinya.
Ya, kamu kalau ingin menjadi Psikolog Klinis dan kamu sudah tahu jalur pendidikannya seperti apa. Setelah lulus S1 Psikologi, nanti kamu HARUS melanjutkan S2 Profesi Psikologi bidang Klinis. Setelah lulus, kamu akan punya hak dan kompetensi menjadi Psikolog Klinis. Psikolog Klinis itu bidang kerjanya luas sekali, tidak hanya di Rumah Sakit. Namun, kalau mau di RS, kamu harus menyosialisasikan profesi dan kompetensimu di RS. Masih banyak RS yang belum ada psikolog klinisnya. Jadi, peluangmu masih besar. Hanya butuh perjuangan dan ketekunan saja. Demikian, semoga membantu 🙂
LikeLike
kak, bisa bagi alamat emailnya? 🙂
LikeLike
Silakan masukkan email kamu ke form ini, Lola. Nanti saya reply. Thanks
LikeLike
Kak, kalau misal mengambil jurusan s2 psikologi anak, bisa bekerja di rs layaknya psikologi klinis?
LikeLike
Terima kasih atas pertanyaannya, Cika. Yang bekerja di RS adalah mereka yang memiliki surat izin praktek sebagai psikolog klinis. Nah, apakah kamu nanti setelah lulus bisa memiliki surat izin praktik? Jika tidak berhak, artinya kamu pun tidak bisa praktik dan bekerja di RS. Kalau pun mau bekerja di RS, kemungkinan menjadi staf administrasi di RS. Demikian, semoga jawaban saya mencerahkan 🙂
LikeLike
salam mbak,
mau tanya?? tapi sebelunya saya mau cerita mbak.
saya tertarik dengan sikap gembiran orang lain. terutama anak kecil. karena bagi saya bisa membuat orang tersenyum itu enak banget. nah krn itu saya mulai SANGAT SENANG MEMPELAJARI TENTANG MANUSIA. saya juga punya cita2 sbg GURU. terserah guru apa. yg penting bisa membuat anak didik jadi berguna nantinya.
saya mau tanya, jurusan dan jenis psikiolong apa yg cocok bagi saya ??? pendidikan kah ? konselingkah ? atau apa mbak ??
maaf banyak tanya dan panjang. hehehhhe.
LikeLike
Salam,
S1 mempelajari berbagai macam psikologi. Belum ada spesialisasinya. Jika kamu ingin menjadi pendidik, boleh saja mengambil kuliah psikologi. Namun, ada informasi bahwa untuk menjadi guru itu pun harus mengambil jurusan keguruan. Harus pendidikan guru.
Jika tidak kuliah di jurusan psikologi, bisa juga kamu mengambil jurusan keguruan, tapi rajin membaca buku-buku psikologi. Ini juga baik untuk meningkatkan wawasan kamu. Silakan kami cari informasi lagi tentang jurusan dan syarat-syaratnya di dunia kerja, ya.
Terima kasih atensinya. Semoga jawaban saya dapat dipahami.
LikeLike
makasih mbak.
satu lagi mbak. gimna caranya seorang psikiolong memecahkan masalah ?? pola pikir yang harus di miliki seorang psikiolong itu apa mbak ??
makasih sebelumnya
LikeLike
makasih mbak. satu lagi mbak. gimna caranya seorang psikiolong memecahkan masalah ?? pola pikir yang harus di miliki seorang psikiolong itu apa mbak ?? makasih sebelumnya
LikeLike
Sebelum seseorang menjadi psikolog, sewaktu kuliah S1 dia mempelajari teori-teori kepribadian, gangguan mental, biologi, kondisi hormonal, syaraf, cara berpikir, psikologi belajar, dan masih banyak lagi. Jadi, ketika menemukan kasus, dia akan menganalisa peristiwa tersebut. Dia menghubungkan permasalahan yang terjadi dengan teori-teori dan hasil penelitian yang dipelajarinya sebelumnya. Dia menganalisa kepribadian seseorang berdasar teori dan hasil temuan-temuan ilmiah.Jadi bukan asumsi atau pendapat pribadi, apalagi main rasa sendiri saja
Begitu… semoga dapat gambaran, ya. 🙂
LikeLike
makasih mbak.
kalau jurusan BK/ Bimbingan Kosterling itu apa juga mempelajari seperti psikiolong dan bisa jadi guru ???
LikeLike
Yang saya tahu BK itu diperuntukkan utk sekolah. Tapi, untuk jelasnya silakan tanya yg dari jurusan BK, ya. Mengenai pelajaran, BK juga mempelajari psikologi. Psikologi itu dipelajari di jurusan2 kuliah lain. Namun tentunya tidak dipelajari secara mendalam, ya.
LikeLike
kak aku mau tanya, selama kakak belajar psikologi apa kakak diajarkan tentang aura? thank’s kak.
LikeLike
Psikologi tidak mempelajari aura tetapi mempelajari kepribadian dan perilaku manusia. 🙂
LikeLike
ouh gitu ya kak. soalnya aku pernah denger ada beberapa psikolog yang belaja tentang aura manusia. o ya mau tanya lagi, kakak pernah menangani orang yang punya alter ego nggak kak?
LikeLike
Itu bisa saja, Dek. Masing2 psikolog kan punya minat tersendiri. “alter ego” yang kamu maksud itu seperti apa, ya?
LikeLike
Jika demikian, berarti mereka belajar lagi, dek. Sampai saat ini saya belum pernah menangani klien dengan alter ego. Karena kasus ini juga tergolong langka, ya. Demikian 🙂
LikeLike
ouh.. gitu. terima kasih ya kak ^_^
LikeLike
mbak saya mau tanya…,,, soal pendidikan di indonesia ini atau lebih tepatnya pendidikan di dunia ini. untuk merubah mental generasi muda ini sebaiknya di mulai dari usia berapa ?? atau dari pendidikan sd, smp, smk, atau bangku kuliah ?
LikeLike
Sama-sama, Amalia 🙂
LikeLike
Apa maksudnya mengubah mental generasi muda? Apanya yang harus diubah? Kita bisa mengubahnya dengan cara membentuk mental positif. Itu bisa dimulai sedini mungkin.
LikeLike
kalau dalam dunia kedokteran mungkin bisa disebut kayak DID.
LikeLike
DID apa lagi itu?
LikeLike
dissociative identity disorder.
LikeLike
Hallo kak, aku lulusan s1 psikologi dan berniat untuk lanjut Mapro Psikologi Klinis. Aku mau nanya dong mba, setelah lulus kuliah mapro psi klinis kan langsung dapat gelar profesi “psikolog” nah apa langsung bisa buka praktik sendiri atau gimana mba? Sebenarnya saya masih kekurangan banyak info mengenai bagiamana pekerjaan sesaat setelah lulus nanti dan apa yang dilakukan ?
Dan kalo udah lulus syarat apa saja untuk membuka praktik psikologi sendiri?
Teriakasih kak 🙂
LikeLike
Info yang saya tahu, setelah lulus kita harus mengurus Surat Izin Praktik Psikologi dulu. Setelah itu kita memiliki hak untuk praktik. Pekerjaan di bidang psikologi banyak sekali. Selama ada manusia, disitu kita bisa bekerja. Bedanya, kita bisa mengaplikasikan ilmu klinis atau tidak. Intinya, kita harus kreatif dalam menciptakan lapangan kerja. Jangan menunggu jadi pegawai saja.
Syarat utama untuk buka praktik punya Sertifikat Psikolog dan punya SIPP (Surat Izin Praktik Psikologi). Jadi, kamu mulai kuliah dulu saja, ya. Kalau ga mulai kuliah, kamu ga akan mendapatkan semua itu 🙂
Demikian 🙂
LikeLike
mbak kl mau ke psikolog/psikiater. aku harus datang kmana. Rumah Sakit Umum atas rumah sakit jiwa ?
LikeLike
Halo, Wiwin…
Di RS khusus jiwa sudah pasti ada psikolog dan psikiaternya. Silakan kesana. Kalau RS umum belum tentu ada psikolog dan psikiater. Demikian, Wiwin. Semoga jawaban saya membantu masalah kamu..
LikeLike
Hallo Mbak, saya tertarik sekali dengan ilmu psikologi dan sekarang lagi persiapan kuliah di jurusan Psikologi. Mau tanya sedikit, kalau jadi Psikolog klinis kita bekerja di rumah sakit bersama Psikiater atau punya wilayah sendiri? Lalu secara spesifik, apa saja yang dipelajari kalau mau ambil S2 Psikologi Klinis? Lalu, terapi yang dilakukan seorang Psikolog Klinis itu seperti apa ya? Bedanya apa sama terapi yg dilakukan Psikiater?
Terimakasih sebelumnya mbak, maaf bnyak tanyaヾ( ゚∀゚)ノ゙
LikeLike
Halo juga, Hildebold…
di seting kesehatan, kita tentunya akan bekerja sama dengan semua dokter. Tidak hanya psikiater. Ada punya RS yang tidak punya psikiater, tapi menggunakan jasa psikolog. Pastinya ada perbedaan penanganan, misalnya dokter memberi obat, sedangkan psikolog tidak berhak memberi obat. Untuk terapi psikologi, psikiater dan psikolog sama2 punya berhak. Tergantung kapasitas masing2 individu.
S2 tepatnya magister profesi, ya. Beda dengan S2 sains psikologi klinis. Kalau S2 Magrister Profesi itu praktik2 lapangan dan membuat tesis. Psikologi Klinis belajar faal, biologi, hormonal, syaraf, psikoanalisis. Demikian, semoga jawaban saya bisa menjadi gambaran. Sukses, ya. 🙂
LikeLike
Kalau mau psikologi lebih baik memilih jurusan ipa atau ips?
LikeLike
Sama-sama baik, Dek. Psikologi itu mengandalkan dua bidang itu. Di dalam psikologi nanti ada hitung2an, biologi, faal juga. Dan, ada juga ilmu sosialnya.
Menurut informasi, Undip dan Undap itu dari IPA, UGM dan UI dari IPS. Jurusan ini nanti terkait dengan fokus pendidikannya, apakah bidang klinis, pendidikan, industri, eksperimen, psikometri, dsb.
Demikian, semoga jawaban saya membantu
🙂
LikeLike
Mbak saya mau tanya
Kalo tamatan S1 BK lanjut S2 psikolog apakah tepat kah?
Terus misalnya setelah lulus S2 psikologi apakah harus melanjutkan ke ahli profesi?
Terimakasih
LikeLike
Halo Widia.
Dari S1 BK ke S2 Sains Psikologi bisa. S2 sains setahu saya masih terbuka untuk umum. Tapi kalau S2 Profesi Psikologi harus dari S1 Psikologi karena ini kuliah profesi. Semacam “koas” di kedokteran. S2 Profesi itu sudah ada peminatan; klinis, pendidikan, atau industri & organisasi. Kalau mau ambil spesialistik lagi ke S3, silakan 🙂
Demikian, Widia..semoga jawaban saya mencerahkan pikiran kamu 🙂
LikeLike
Informasi yang mbak berikan sangat membantu dan menambah pengetahuan saya tentang psikolog dan psikiater..
Mba kalau kuliah profesi s2 psikologi klinis itu berapa lama ya mba..
Dan apakah psikologi klinis juga bisa menangani tentang tumbuh kembang anak?
Saya baru mau kuliah S1 psikologi mba..banyak teman saya yang bilang kalau hanya s1 saja nanggung..boleh berbagi infonya mba..
Terimakasih 😊😊
LikeLike
Selamat siang mba maria..
Informasi diatas sangat membantu dan menambah pengetahuan saya tentang psikolog dan psikiater..
Saya baru mau mulai kuliah psikologi mba..untuk s2 psikologi klinis itu berapa lama ya mba
Lalu apakah bisa psikologi klinis menangani tentang tumbuh kembang anak?
Banyak teman saya yang bilang bahwa jika hanya kuliah s1 psikologi saja nanggung.
Bila saya ingin menjadi konsultan dewasa dan anak baiknya ambil spesifikasi jurusan yg apa ya mba..
maaf atas banyaknya pertanyaan saya..
Terimakasih😊
LikeLike
Selamat siang, Tania. Kuliah S2 Profesi Psikologi bidang klinis waktu saya dulu, prakteknya 3 semester. Di semester 4 mulai menulis thesis. Nah, kecepatan setiap orang menyelesaikan tesis ini berbeda-beda. Tergantung teknik yang kamu gunakan dalam penelitian, apa yang kamu teliti, bagaimana jadwal dosen pembimbing kamu, bagaimana ketekunan si mahasiswa itu sendiri.
Kalau S1, memang hanya teori2 umum saja. Kalau psikolog nanti kita dapat hak untuk praktek sebagai psikolog. Psikolog Klinis dapat menangani tumbuh kembang anak. Sampai saat ini jurusan profesi itu ada 3, yaitu klinis, pendidikan, dan industri-organisasi. Di UI, ada pemisahan jurusan antara klinis anak dan klinis dewasa. Lalu, dalam prakteknya psikolog klinis yang diminta untuk menjadi saksi ahli di pengadilan biasanya juga menjadi psikolog forensik. Tapi belum ada jurusan kuliahnya. Kira-kira begitu yang saya tahu. Nanti kamu cari informasi yang terbaru, ya. Jadi kamu ga kudet tentang dunia psikologi. Banyak2 bertanya supaya kamu dapat banyak gambaran dan memilih yang tepat 🙂
LikeLike
Wah terimakasih banyak mba untuk pencerahannya..
Bila boleh bertanya lagi
Untuk klinis anak bisakah menangani klinis dewasa ? Atau sebaliknya
Klinis, pendidikan, industri-organisasi untuk ketiganya itu apakah sama sama memiliki surat izin praktek
Untuk lulusan S1 saja apakah benar peluangnya sedikit mba..
Terimakasih
LikeLike
🙂 Sama-sama, Tania.
Sejaih ini tidak ada larangan untuk menangani anak atau dewasa. Kita diharapkan bekerja sesuai kode etik dan sesuai kapasitas. Kita harus mau mengakui bahwa kita tidak punya kapasitas di bidang tertentu. Namun, praktiknya… ketika di suatu tempat tidak ada psikolog yang menguasai, tidak salah jika kita membantu menyelesaikan hal tersebut dan kita tetap berkomunikasi/dibimbing oleh psikolog yang ada di kota lain.
Untuk S1, kita bisa bekerja dimana pun sejauh ada manusia dan perilaku yang diamati. Namun, tidak bisa menggunakan alat2 psikodiagnostik. Jika ada yang membutuhkan diagnosa, teman2 bisa merujuk ke psikolog. Demikian, Tania 🙂
LikeLike
Kak,psikologi klinis memang tidak bisa mendiagnosis seseorang? Seperti apa penyebab suatu hal dalam istilah kedokteran contohnya,OCD,schizofrenia dan lainnya atau mereka hanya sebagai konsultan dan memberikan pengarahan?
LikeLike
Terima kasih sudah bertanya. Memang diagnosa ini terkait aturan. Ada pihak yang tertentu yang hanya mengakui diagnosa dari dokter. Namun ada pula pihak tertentu yang tidak masalah dan mau menerima hasil pemeriksaan psikolog klinis.
Penyebab OCD, Skizofrenia, dll…bermacam-macam. Bisa diakibatkan karena fisik (kerusakan syaraf) dan bisa disebabkan masalah psikologis (beratnya beban hidup, stress, cemas, dll). Psikolog bekerja dengan memeriksa, menganalisa, mencari penyebab dasar dari suatu gangguan, dan memberikan terapi psikologi terkait masalah orang tersebut.
Demikian tanggapan dari saya, semoga membantu. Terima kasih.
LikeLike
Malam kak.. Nanya donk 😀 klo mo lnjutin kuliah ke S2 profesi psikolog gitu hrs ad pnglman krja dlu ga sih? Atau bsa lngsung S2 profesi psikolog bgtu tamat S1 psikologi..? Mohon pencerahan ny.. Makasih 🙂
LikeLike
Terima kasih atensinya, Alvino.
Sepetahuan saya, aturan yang selama ini berlaku tidak meminta pengalaman kerja. Jadi, lulus S1 Psikologi, bisa lanjut kuliah ke S2 Magister Profesi Psikologi. Yang penting memenuhi kriteria yang ditentukan Universitas terkait.
Namun, jika kelak ada aturan untuk pengalaman kerja dahulu, kalau bisa usahakan memenuhi kriteria itu. Demikian, Alvino. Semoga jawaban saya bisa menenangkan hati kamu 🙂
LikeLike
makasih infonya
LikeLike
Sama-sama, Anna 🙂
LikeLike
lo, kalo profesi psikolog perkembangan kok bukak poly di rumah sakit umum muara bungo.dimana tu datang aturannya?
LikeLike
Saya tidak paham dengan kalimat bapak. Maksudnya apa, Pak Wira?
Secara umum, aturannya terkait dengan undang-undang kesehatan jiwa, standar pelayanan di RS, dan peraturan menteri kesehatan, Pak. Nama profesinya Psikolog Klinis, Pak.
LikeLike
Terima kasih atas infonya kak. Saya mau bertanya tentang jurusan psikologi. Saya sekarang udah kelas 3 SMA dan inginnya ngambil fakultas psikologi (aamiin). Rencananya, saya mau jadi dosen/psikolog. Sebenernya bisa gak kak ya punya dua profesi gitu?. Terus dari yang saya pahami kak saat kita udah lulus S1 Psikologi, kita harus ngambil S2 profesi psikolog klinis biar bisa dapet license untuk jadi psikolog legal dan bisa bikin praktek sendiri atau kerja di rumah sakit. Itu bener kak?. Terus kan saya memang sudah punya minat besar untuk kuliah S2 di luar negeri kak. Kalau misalnya saya bisa dapet S2 di luar apakah masih ada kesempatan besar buat jadi dosen di Indo?. Terus saya scroll komen terbaca ada S3 buat jadi spesialis. Apa sih kak pengaruh punya pendidikan S3 untuk seorang psikolog? terus pertanyaan terakhir kak, hehe. Berapa lama sih kak waktu pendidikan kita buat jadi psikolog? itu aja kak. Mohon dijawab ya kak, soalnya lagi butuh pencerahan buat masa depan kak. Terima kasih kak.
LikeLike
Halo, dek… Salam kenal dan terima kasih atas atensinya. Saya jawab per poin, ya.
1) Ya, bisa menjadi dosen sekaligus psikolog. Saya juga mengajar di akademi keperawatan. Itu pekerjaan di luar jam dinas. Kalau pagi sampai sore saya kerja di RS
2) Ya, setelah lulus S1 kita harus lanjut kuliah ke S2 profesi psikologi (jurusannya sesuai minat kita). Setelah selesai kuliah, kita akan disebut sebagai psikolog dan berhak praktik.
3) Ya, setelah lulus S2 “ada” kesempatan jadi dosen, baik bagi lulusan dalam dan luar negeri. Yang perlu kita ingat, menjadi dosen ini punya kriteria khusus ya. Kualitas vokal kita, kemampuan mengajar, penguasaan materi, dan hal2 yang berhubungan dengan belajar-mengajar pasti jadi penilaian.
4) Pengaruh S3 bagi psikolog, tentunya seorang psikolog dianggap menjadi ahli di bidangnya itu, dia semakin mampu melakukan terapi atau menyelesaikan masalah melalui ilmu yang dimilikinya. Dan, itu juga akan membuat tarifnya bisa naik. Baik tarif konsultasi, tarif mengajar, tarif menjadi narasumber, dsb 🙂
5) berapa lama, itu tergantung ketekunan mahasiswa. Kurikulumnya S1 dibuat untuk 8 semester, kurikulum S2 magister untuk 4 semester. Kalau kamu bisa lulus secepat kurikulum, yang dibuat, itu paling cepat, dek.
Nah, semoga sekarang kamu bisa dapat gambaran yang semakin jelas, ya. Sukses untuk kuliah psikolognya 🙂
LikeLike
S1 ekonomi s2 mau jd psikiater bisa? kuliah master nya di luar? tks
LikeLike
Halo, Tin
Untuk menjadi psikiater harus menambil kuliah S1 Kedokteran dulu, kemudian koas. Selanjutnya mengambil kuliah spesialis kejiwaan. Kira-kira seperti itu alurnya. 🙂
LikeLike
ha
LikeLike
hallo ka,saya mau nanya. saya masih kelas 2 SMA.dan nanti rencananya kuliah mau ambil jurusan psikologi. dan insyallah nanti setelah lulus s1,saya mau lgsg lanjut s2. ambil psikologi bidang klinis.
psikologi klinis yang kerjanya di rumah sakit itu pakai jas dokter juga ga si ka?, trus kerjanya itu kayak gimana yaa? dan kira2 peluang kerja di rumah sakitnya besar ga?
dan juga, peluangnya lebih banyak di RS umum atau RSJ?
terimakasi,sebelumnya ka. maf banyak nanya hehe.
LikeLike
Hai, Cindy Bella
Terima kasih untuk atensinya, ya.
Wah, senang sekali mendengar kalau Cindy sudah merencanakan masa depan dan memilikih psikologi. Semangat belajar untuk cita-citanya, ya.
Mengenai bidang kerja, masih sangat luas, Dik. Namun, kita sendiri lah yang harus aktif menciptakan lapangan pekerjaan tersebut. Selama di tempat itu ada manusia, psikolog klinis bisa bekerja. Psikolog klinis tidak hanya bekerja di Rumah Sakit. Ada juga yang bekerja di BNN (Badan Narkotika Nasional), lembaga-lembaga yang menangani masalah Napza, atau masalah sosial, penanganan TKI, dll.
Oke, semangat belajar dulu ya. Fokus untuk meraih cita-citanya. Jika belajar tekun, kualitas dirimu baik, pekerjaan akan datang menunggumu 🙂
LikeLike
Terimakasih kak atas informasi yang sudah dibagikan.
Sangat bermanfaat sekali 😀
LikeLike
Ya, sama-sama, Dan. Terima kasih juga untuk atensinya. Semoga bermanfaat. 🙂
LikeLike
terima kasih atas infonya
LikeLike
Sama-sama 🙂
LikeLike
terima kasih sangat bermanfaat
My blog
LikeLike
Sama-sama. Terima kasih juga atas perhatiannya 🙂
LikeLike
hallo kak, terimakasih untuk infonya diatas sangat bermanfaat.
saya mahasiswa psikologi semester 6, sebentar lagi saya sudah magang/ppl. saya suka bidang psikologi klinis walaupun nilai saya di kelas psikologi klinis tidak begitu bagus tapi entah mengapa saya sangat tertarik dengan bidang ini. jadi saya memutuskan untuk tetap berfokus pada psikologi klinis, namun saya masih bingung ketika magang apakah bisa saya magang di rumah sakit umum? jika bisa, biasanya apa yang dikerjakan oleh mahasiswa psikologi ketika magang di rumah sakit umum?
terimakasih 🙂
LikeLike
Hallo Acha… 🙂
Hayuuuk tancap gas! Nanti lanjut ke Psikolog Klinis, ya. Kalau sangat tertarik, bacalah. Sering membaca, lama-lama paham dan makin suka. Pasti akhirnya bisa juga.
Kalau mau magang di RS, coba deh cari RS yang ada psikolog klinisnya supaya dapat supervisi. Kalau tidak ada psikolog, nanti kamu kebingungan.
Kalau di RS yang sudah ada psikolog klinisnya, nanti kamu bisa dibimbing. Kamu bisa lakukan penyuluhan atau pemeriksaan awal ke pasien.
Begitu ya, Acha…
Sukses selalu 🙂
LikeLike
Kalo oleh tanya… psikolog itu pake jas putih juga atau engga yaa? Terkadang masih bingung
LikeLike
Secara tertulis belum ada aturan psikolog wajib menggunakan jas putih. Namun, ketika praktik di RS boleh menggunakan jas putih. Dari pengalaman teman-teman di lapangan, psikolog jarang menggunakan jas putih terutama ketika berhadapan dengan klien anak. Psikolog lebih memilih pakaian netral untuk menjaa kondisi mental klien, untuk kasus tertentu.
LikeLike
ka, aku kan sekarang maba s1 psikologi, nanti si smt3/smt5 udah mulai penjurusan aku minat ke psikologi klinis, kalo psikolog klinis itu berjanya di rsj aja atau di rsu?
LikeLike
Halo Syafira,
Senang berkenalan dengan maba psikologi. Psikolog Klinis itu berkerja di banyak tempat, dek. Tidak hanya di RS. Namun, jika benar-benar ingin mengaplikasikan ilmu psikologi klinis, Rumah Sakit adalah tempatnya yang pas. Rumah Sakit akan mendukung aktifitas profesi psikolog klinis.
Demikian, semoga bermanfaat.
LikeLike
Hai Syafira,
Seting kerja psikolog klinis memang lebih kental di RSJ dan RSU. Ada juga teman-teman psikolog klinis yang bekerja di Lapas, shelter penampungan anak-anak korban kekerasan, tempat perlindungan korban, tempat rehabilitasi.
Psikolog Klinis bisa bekerja di seting apa saja tergantung masalah yang dihadapi. Jika dia bekerja untuk menganalisa dan menghasilkan diagnosa, artinya dia telah bekerja sesuai fungsinya sebagai psikolog klinis.
Demikian Syafira. Semoga mencerahkan 🙂
LikeLike
kaka ingin bertanya dar is1-s2 profesi kira2 normalnya menghabiskan beberapa tahu ya ka?
LikeLike
Hai Aghera,
Program perkuliahan S1 itu biasanya didesain oleh universitas untuk 4 tahun dan S2 Profesi psikologi itu didesain 2 tahun. Nah, bisa hitung sendiri jika kamu lama dalam mengerjakan skripsi. Otomatis masa studimu akan lebih panjang.
LikeLike
Hai Aghera,
Rancangan kuliah S1 umumnya 8 semester (4 tahun) dan S2 profesi biasanya 4 semester (2 tahun). Artinya jika kamu mulai skripsi di semester 8, kira-kira berapa lama kamu bisa menyelesaikan penelitianmu itu. Jika kamu mampu menyelesaikan dalam 1 semester, artinya S1 kamu bisa diselesaikan 4 tahun.
Nah, ketika Magister Profesi, bila thesis dimulai di semester 4, cepat lambatnya kelulusan tergantung bagaimana kamu menyelesaikan thesis.
Demikian Aghera. Semoga jawaban saya mencerahkan 🙂
LikeLike
Mbak apakah jika saya lulus sarjana psikolog s1 saya bisa langsung bekerja di rumah sakit
Dan di sampinh tu saya akan melanjutkan s2
Apakah bisa saya bekerja di rumah sakit walaupun saya baru lulus s1
LikeLike
Hai Panji,
Terima kasih sudah mampir di blog saya.
Peraturan untuk bisa praktik melakukan pelayanan psikologi harus sudah menempuh pendidikan magister profesi psikologi bidang klinis dan memiliki Surat Izin Praktik serta beberapa peryaratan administrasi lainnya.
S1 biasanya tugasnya membantu psikolog dalam administrasi saja. Nah, yang jadi pertanyaan apakah ada psikolog di RS yang membutuhkan bantuan asisten?
Jika melanjutkan S2 profesi, pada umumnya sulit dibagi dengan bekerja karena S2 profesi ini sangat padat jadwalnya. Banyak praktik.
Demikian Panji. Semoga jawaban saya jelas dan dapat mencerahkan pikiranmu.
Sukses buat studinya, ya, Panji.. 🙂
LikeLike