Tags
gangguan jiwa, gangguan mental, kegiatan psikiater, kegiatan psikolog klinis, orang gila, psikolog klinis, psikolog pontianak, sakit jiwa, terapi kejiwaan, terapi psikologi
Gangguan Jiwa apa sih?
Menurut PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (yang mengacu pada The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), gangguan jiwa ialah sindrom atau pola perilaku atau kondisi psikis seseorang yang secara klinis mengalami masalah bermakna. Kondisi tersebut secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau hendaya di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Fungsi yang penting itu antara lain dalam segi perilaku, psikologis, biologis. Gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam hubungan antara orang itu dengan masyarakatnya.
Gangguan Jiwa atau Gangguan Mental dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Mental Disorder. Istilah tersebut digunakan secara resmi dalam ilmu kedokteran jiwa dan psikologi klinis. Jadi, penyebutan “penyakit jiwa”, “sakit jiwa”, mental desease/mental illness tidak digunakan.
Banyak orang bertanya apakah Gangguan Jiwa ini sama dengan Gila atau Sakit Jiwa. Psikiater dan psikolog klinis yang bekerja di seting kesehatan jiwa tentunya akan mengatakan bahwa kata-kata tersebut mengandung makna yang berbeda. Gila atau Sakit Jiwa yang sering digunakan oleh masyarakat biasanya untuk menyebut orang yang tidak menyadari realitas; lupa ingatan, ketawa sendiri, bicara sendiri, tidak berbaju (telanjang meski di tempat umum). Nah, bagi psikiater dan psikolog klinis, istilah ‘gila’ atau ‘sakit jiwa’ yang dimaksud itu adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan bagian dari Gangguan Jiwa.
Banyak pasien dan/atau keluarga pasien yang terkejut ketika psikiater dan psikolog klinis mengatakan bahwa ybs atau keluarganya mengalami Gangguan Jiwa. Ekspresi wajah mereka langsung berubah menjadi muram, heran, bahkan marah. Mereka cenderung mengartikan gangguan jiwa itu sama dengan “gila”. Padahal dua hal itu berbeda. Sesungguhnya kita tidak perlu kaget/takut/tersinggung/merasa malu dengan kondisi diri kita atau keberadaan anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa. Gangguan jiwa ini sama dengan sakit fisik/badan. Jika kita tidak bisa menjaga kesehatan jiwa/mental, kita pun dapat mengalami gangguan jiwa, misalnya susah tidur berbulan-bulan, cemas berbulan-bulan, sedih berkepanjangan, dsb.
Penjelasan singkat tentang Gangguan Jiwa digambarkan sebagai berikut ini:
Manusia mengalami 2 masalah, yaitu secara FISIK dan PSIKIS. Masalah FISIK biasanya kita sebut sakit fisik/sakit badan. Contohnya; badan meriang, badan demam, sesak nafas (astma), kolesterol naik, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, stroke, jantung, dll. Nah, masalah PSIKIS ini lah yang disebut GANGGUAN JIWA. Contohnya; skizofrenia, depresi, gangguan kecemasan, gangguan anxietas phobik (kaitannya dengan phobia), retardasi mental, autisma, retardasi mental, hiperaktif, demensia, insomnia, dll. Jenis gangguan jiwa itu bermacam-macam, antara lain:
• Gangguan mental organik
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
• Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham
• Gangguan suasana perasaan
• Gangguan neurotik, gangguan somatoform dan gangguan terkait stres
• Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik
• Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
• Retardasi mental
• Gangguan perkembangan psikologis
• Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada mada kanak dan remaja
Ciri-ciri seseorang yang mengalami gangguan jiwa antara lain:
• Ada perubahan perilaku dari yang positif menjadi negatif, rajin menjadi malas, aktif dan banyak bergerak menjadi pasif dan diam saja, mau bicara menjadi sedikit bicara bahkan diam membisu
• Ada perubahan pikiran, yang awalnya logis menjadi tidak logis, bicara yang awalnya runtut menjadi melompat lompat
• Ada perubahan fungsi. Misalnya yang awalnya mau bersosialisasi menjadi tidak mau bersosialisasi, yang awalnya mau menjalankan tugasnya bekerja menjadi uring-uringan dan malam bekerja, yang awalnya mau melakukan pekerjaan rumah dan merawat diri menjadi malas dan mengabaikan rawat diri.
• Ada perubahan-perubahan lainnya yang tampak “tidak biasa”, “tidak normal”.
Ciri khusus gangguan jiwa berbeda-beda, tergantung jenis gangguan jiwa yang dialaminya. Misalnya, ciri-ciri orang dengan Depresi tidak sama dengan ciri orang dengan Skizofrenia. Orang yang mengalami Depresi ciri-cirinya:
• Perasaannya cenderung sedih dalam waktu yang lama
• Nafsu makan berkurang hingga ada penurunan berat badan yang menyolok
• Kualitas dan kuantitas tidur berkurang
Sedangkan, ciri-ciri orang yang mengalami skizofrenia antara lain:
• Cara berpikirnya mulai tidak logis
• Tertawa dan bicara sendiri
• Mengaku ada mendengar suara bisikan-bisikan (yang sesungguhnya tidak ada)
Cara Mengobati Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa disembuhkan melalui terapi obat (farmakoterapi) dan terapi psikologi (psikoterapi). Pemberian obat tergantung kondisi dan jenis gangguan si pasien. Sebagai contoh; orang-orang dengan gangguan skizofrenia perlu diberikan obat terutama ketika halusinasi mereka masih aktif. Ketika halusinasi itu aktif, mereka akan (seakan-akan) berbicara dengan seseorang dan tertawa, akibatnya perilakunya jadi aneh bahkan ditakuti oleh orang lain. Nah, peran obat disini ialah untuk mengontrol supaya halusinasinya hilang, sehingga kemudian perilakunya menjadi “normal” (karena tidak bicara dan tertawa sendiri lagi).
Terapi gangguan kejiwaan yang paling utama ialah dukungan orang dekat
Ada kondisi yang membutuhkan obat, namun ada pula kondisi gangguan jiwa yang tidak membutuhkan obat jiwa, misalnya retardasi mental. Orang dengan retardasi mental cenderung mendapat penguatan pada fungsi-fungsinya. Salah satu fungsi yang penting dan perlu dikembangkan ialah fungsi sosial. Fungsi sosialnya ditingkatkan dengan cara melatih kemampuan interaksi sosial, seperti tersenyum, memberi salam, dan menyampaikan pujian kepada orang lain.
Apakah Gangguan Jiwa Menular?
Tentu tidak! Jika kamu membayangkan Gangguan Jiwa seperti sakit flu, kamu keliru. Gangguan jiwa tidak menular seperti virus. Penularan gangguan jiwa ini berupa pengaruh. Gangguan Jiwa dapat mempengaruhi suasana hati dan pikiran orang-orang yang ada disekitarnya. Contohnya, apabila kita merawat saudara kita yang mengalami Gangguan Jiwa, kita pun turun merasa kesal, tertekan, sedih, kecewa, dan cemas. Perasaan itu dirasakan oleh si pengasuh apabila perkembangan kesembuhan saudara yang kita rawat tidak sesuai harapan, tidak mengalami perubahan yang mencolok, dan tidak sembuh-sembuh dari sakitnya. Nah, jika kualitas mental orang yang mengasuh/merawat kita kurang baik, tentunya hal ini dapat berakibat negatif pada dirinya.
Inilah sekilas mengenai gangguan jiwa. Semoga Anda semakin memahami gangguan jiwa. Apabila ada pertanyaan pribadi, Anda dapat menulisnya pada bagian Ingin Bertanya?
Terima kasih atas atensinya. Cheer up! 🙂
Pingback: Mengenal Fobia Lebih Dekat « Maria Nofaola
permisii, mau nanya. teman saya sepertinya menderita narssistic personality disorder, apakah hal tersebut sama seperti menjadi psikopat?
LikeLike
Psikopat itu perbeda dengan narssistic personality disorder. Namun, seseorang yang mengalami narssistic personality disorder bisa saja mengalami/menjadi psikopat.
Untuk penjelasan lebih lanjut, silakan konsultasi langsung dengan Psikolog Klinis di RS yang ada di kota Saudara, ya. Saudara sudah menyadari bahwa mengalami narssistic personality disorder, itu sungguh sikap yang positif. Alangkah baiknya jika Saudara bersedia berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Bisa tanyakan terapi apa yang diperlukan. Demikian, terima kasih atensinya.
LikeLike
mbak saya stres depresi cemas dan skizofrenia,saya sering bolak balik rs jiwa klender jakarta, tapi ga sembuh2, gimana ya
LikeLike
Halo Muhith,
Kamu harus tenangkan pikiranmu dulu. Dengan kondisi tenang, kamu bisa menjadi lebih sehat dan lebih baik. Mengenai depresi dan skizofrenia, sebaiknya kamu minta penjelasan langsung ke psikolog yang menangani kamu. Saya tidak bisa jelaskan disini karena panjang sekali. Dengan memahami skizofrenia dan depresi, kamu akan tahu cara untuk menjadi lebih baik. Demikian jawaban saya… semoga bisa mencerahkan.
LikeLike
Makasih ibu blog ya, sangat membantu😚
LikeLike
Terima kasih juga atensinya, ya. Silakan difollow, loh… 🙂
LikeLike
Saya ingin tahu awal mulanya penggunaan kata “jiwa” untuk menerjemahkan kata “mental, psychic”. Setahu saya, “jiwa” adalah padanan untuk kata “soul”.
Dan banyak kasus yang disebut sebagai gangguan “jiwa” sebetulnya lebih menunjukkan gejala gangguan perasaan, emosi, gangguan mental, serta gangguan pada fungsi otak yang mempengaruhi sistem berpikir dan berperilaku. Tks.
LikeLike
Terima kasih atas atensinya Pak Bambang Sindoro. Mengenai sejarah penggunaan kata “Jiwa”, secara spesifik tidak dijelaskan secara khusus siapa dan mengapa diartikan sebagai jiwa.
Psikologi berasal dari kata psyche dan logos (bahasa Yunani). Psyche disamakan artinya sebagai the human soul, mind, or spirit (dalam bahasa Inggris) dan jiwa, roh (dalam bahasa Indonesia). Nah, di buku-buku psikologi biasanya disebut “jiwa”. Lalu ada pula buku panduan pedoman diagnostik gangguan jiwa I yang dibuat oleh Depkes Indonesia pada tahun 1973. Buku itu dikenal dgn singkaan PPDGJ I, mengadopsi DSM dan ICD yang disusuk WHO.
Seperti itu lah perjalanan penggunaan kata “jiwa”. Semoga penjelasan saya dapat dipahami. 🙂
LikeLike
Mbk saya ingin bertnya apakah otang yang mnglami pnyakit kejiwaan tekanan darah ny mnjadi apaa?dan sering dsebut apa mbk?
LikeLike
Maksudnya bagaimana, ya? Tolong diperjelas lagi… 🙂
Secara umum, orang yang mengalami gangguan kejiwaan tidak selalu memiliki tekanan darah yang tinggi. Banyak juga yang tekanan darahnya normal. Apa itu maksud pertanyaanmu?
LikeLike
Nice Article. and your blog design is really unique.. thanks for share!
LikeLike
Thank you for the attention and compliment, Dear. I wish my blog is useful and you enjoy it. It’s nice to meet you. 🙂
LikeLike